Wednesday, August 07, 2019

Ikuti Kata Hatimu

Ikuti Kata Hatimu?

Bagian mana dari seluruh tubuh ini betul adalah hati, yang layak diamankan penuh macam (hati) nurani; satu-satunya baja di tubuh manusia yang sekali bengkok akan sulit diluruskan?

Iya, kalimat itu adalah pertanyaan, bukan sekedar bualan retoris.

Lalu bagian mana pula dalam kelas biologi dijabarkan hati yang bukan ati; berfungsi menyaring segala racun yang ada?

Jadi stop omong kosong sok bijak dengan "Ikuti kata hatimu,", karna yang ada hanyalah sistem otak yang berisikan ribuan hal. Mulai dari muatan sedari batita; mana yang salah dan mana yang benar. Hingga ingatan lamat-lamat tentang bagaimana norma umum membentuk perspektif dan menyeragamkan perilaku.

Tahukah bahwa pikiran dapat membuat tubuh menurut hingga tahan segala cuaca, tapi pikiran bisa kalah dengan hati? Yang notabene hati sendiri yang menjadi bagian dari otak?

Sinapsis mana yang menyala saat aksi-aksi menyentuh semua inderamu; itulah hatimu.

Kita tidak akan bisa meyakinkan orang lain tanpa dorongan 'hati' orang tersebut. Satu yang selalu saya pahami; dalam satu tribun ataupun podium, mereka berbagi nilai-nilai yang sama.

Sit back and enjoy this life.

Thursday, April 04, 2019

Cinta & Benci

Hubungan Cinta Dan Benci;
judulnya demikian.

Hanya ada antara kita dan alam semesta,
atau apa yang disebut-sebut universe.

Bisa jadi daya tarik menarik,
bisa juga mendorong dan menjerumuskan.

Karena sebenarnya relevansi halhal yang jadi kesukaan,
atau yang paling dihindari sekalipun, tidak terkait dengan siapapun,
atau bahkan apapun.

Energi sifatnya hanya dibaca oleh alam semesta,
tidak juga oleh mereka yang samasama masih hidup dan bernafas.

Suatu misteri yang sepertinya tidak ingin dipecahkan.

LOC, 4 April 2019

Friday, March 22, 2019

Bahasa & Definisi Rasa

Pelajaran tersulit di dunia pastinya adalah pelajaran bahasa. Bukan bahasa asing, bukan bahasa daerah, tapi bahasa yang kita pergunakan sehari-hari dalam menangkap dan mendefinisikan makna.

Bahkan hal-hal tersulit bisa disulap menjadi mudah (dimengerti), dan kata yang paling polos pun bisa berarti seluruh dunia, tentu dengan permainan kata dan definisi.

"Ini bapak Budi, itu ibu Dewi,"

Apa artinya 'bapak', apa artinya 'ibu'.

Ini baru hal paling sederhana, belum bergerak ke suatu kata yang merupakan misteri seluruh kehidupan manusia; yaitu cinta. Apa itu cinta, atau supaya tidak terlalu mengawang, apa itu belahan jiwa?

Bisakah jiwa dibelah, bisakah jiwa dilihat sebagai kesatuan? Apa yang dimaksud dengan belahan jiwa?

Atau jika kita ingin sedikit menaikkan level pembicaraan, dalam bahasa asing pun, Tu me Manques (France), artinya tidak sesederhana I miss you. Arti sebenarnya adalah, aku kehilangan kamu, atau kamu menghilang dariku, dari bagian diriku.

Sejujurnya, bahasa memang bisa menjadi suatu kunci; penyederhanaan pun pencetus perang dunia ketiga. Sehingga aku lebih baik baik diam, diam dan merenungkan arti serta definisi, serta menghadiahkan rasa dalam bentuk aksi.

-------------------------------------------------

Begitulah aku bercita-cita akan kepingan jiwaku yang lain, yang selalu bisa memahami tanpa harus banyak bicara, yang saling menyelesaikan kalimat masing-masing. Yang cukup berpandangan saja dan belasan paragraf tertutur rapih dalam benak satu sama lain, seperti diplagiat!

Kepingan jiwa yang menyertakanku dalam kini dan nanti, memberikan kesejukan hati dalam komunikasi yang tertata dan tepat waktu. Menjaga walaupun tidak selalu harus terjaga, mengisi dengan kerelaan hati, memberi sebelum diberi, berterima kasih ketika saling memberi.

Bukankah satu hal terindah di hidup ini adalah dicintai oleh orang yang kau cintai?

Alhamdulillah, alhamdulillah ya Allah.

Monday, November 12, 2018

Seberapa Jauh Kita Ingin Mengingat



Ada jenis-jenis ingatan yang mungkin tidak semua orang ketahui. Terlepas dari ingatan jangka pendek dan panjang; dimana rupanya ingatan jangka pendek hanya meneruskan hal-hal dan rasa serta berbagai fakta lainnya yang menurut kita penting.

Ternyata, dan rupanya, kita tidak bisa menseleksi yang mana masuk ingatan jangka pendek dan mana yang masuk ingatan jangka panjang. Berkat pengetahuan yang kita terima, pengalaman yang kita rasakan, definisi yang ditularkan kamus dan orang-orang sekitar kita, serta pahitnya kenyataan yang terasa di hati, inilah yang membuat kategori penting dan tidak penting dalam benak kita.

Pada ingatan jangka panjang, ada dua jenis ingatan yang menurut saya cukup menarik. Yang pertama adalah ingatan episodik (tentang peristiwa) dan ingatan semantik (pengetahuan tentang fakta). Contoh yang sangat sederhana, pada Jumat sore terjadi hujan maka ingatan episodik berkata terjadi hujan dalam bentuk peristiwa dimana Anda kehujanan. Dalam ingatan semantik, Anda sebagai yang terlibat di dalamnya turut merasakan dan mengetahui bahwa Anda kehujanan.

Satu-satunya yang membedakan antara episodik dan semantik adalah unsur keterlibatan dan definisi fakta. Terjadinya perang dunia ke 2, kita tidak merasakannya tapi kita ketahui secara episodik itu terjadi. Faktanya terhadap kita adalah rasa yang diakibatkan setelah itu, dimana jika kita mengukur beberapa negara mengalami penderitaan atau penurunan secara kesejahteraan, tolak ukur dari kata 'derita' dan 'sejahtera' kadang sangatlah berbeda antar satu manusia dengan yang lain.

Bahwa dalam ingatan episodik atau peristiwa kebakaran yang terjadi, fakta tersebut pun mempengaruhi kondisi emosional orang-orang yang terlibat secara berbeda, padahal tingkat kerusakannya bisa kita ukur bersama secara material.

+++

Bayangkan konektivitas ingatan dengan suatu hal yang immaterial. Dimana tiap-tiap pribadi tumbuh dengan pengalaman yang berbeda satu sama lain. Hal-hal yang membahagiakan dan hal-hal yang membuat trauma. Yang lambat laun membentuk penggaris dan neraca penting tidak penting, lalu masuk ingatan jangka panjang.

Jangan pernah salahkan mereka yang tidak pernah menghargai perbuatan kecil atau besar kita, seperti menahan pintu untuk orang lain, membukakan tutup botol air minum, menunda menginjak gas dan membiarkan mobil mereka lewat, atau bahkan memberikan rumah - mobil dan masa depan untuk seseorang.

+++

Kenapa?

Sesederhana kita tidak menanyakan begitu saja secara lantang kepada orang tentang APA YANG PENTING BUATMU; karena tidak semua orang pun mau jujur bahwa bukan perlakuan sopan yang mereka harapkan tapi material things, bukan kebersamaan yang mereka cari tapi tercapainya tujuan macam membangun bisnis, bukan mobil dan rumah yang diinginkan tapi kehangatan saat ini. Ini adalah hal-hal yang mengakibatkan salah dugaan.

+++

Kenapa salah dugaan?

Karena kita mengukur sikap orang lain dan menariknya menjadi fakta. Sama halnya ingatan periodik dan semantik; peristiwa terjadi, akan tetapi fakta yang dilihat satu sama lain bisa berbeda, tergantung dari cara otak berfikir (dan hati, jika ada hati, yang bisa merasa).

Fakta bahwa tangan tersundut pematik api, satu orang boleh melihatnya sebagai fakta dia sengaja disakiti oleh orang yang satu, tapi orang yang lain juga bisa melihatnya murni sebagai ketidaksengajaan dan apabila benar tidak sengaja, tentu dia berharap agar hal ini bisa dimaklumi.

+++

Kenapa maklum dan bukan maaf?

Karena ada ungkapan mohon maaf atas tindakan yang disengaja dan tidak, menambahkan fakta bahwa kebenaran tidak ada yang absolut. Kita bisa menuduh orang lain berbuat dengan sengaja, namun jika tidak bagaimana bisa kita memaksa orang tersebut mengakui hal yang prinsip seperti benar berbuat atau tidak.

Disini lah kadang kita mulai bisa berfikir hal-hal yang lebih sederhana. Mengandalkan kemampuan kita untuk lebih menyaring ingatan jangka pendek, jangan-jangan dalam kategori tidak pentingnya kita, ada pentingnya orang lain.

Jangan-jangan kita hanya tidak bisa menarik dan memanggil kembali hal-hal indah yang pernah dilalui, yang berserakan di antara ingatan jangka pendek dan panjang, terhambur di antara butuh - ingin, dan pemanjaan ego. Be kind, use soft words, eventho' we are disagree but think about what we want to achieve together and how to solve the problem, without making others feel miserable.


-another workplace, 2018


Saturday, August 11, 2018

Jika Adalah Dan Kalau

Apa yang harus kulakukan untuk lari dari sebuah suratan takdir?

Kalau belahan jiwa,
adalah mudah adalah kilat adalah mendadak dan tiba-tiba

Kalau belahan jiwa,
tanpa diatur-atur segalanya akan mudah, mengalir, deras

Kalau belahan jiwa,
tanpa siasat yang rumit, angan yang muluk, atau apalah..

Kalau belahan jiwa,
sangat sulit menghindar walau tahu jalannya tidak sepenuhnya benar

Bagaimana aku harus lari, ketika aku tahu mencapainya,
membutuhkan lebih dari tiga puluh tahun, dan perjuangan berkali-kali,
bagaimana caranya untuk lari dari sesuatu yang telah ditakdirkan,

walau kita tidak akan pernah tahu sampai kapan,
dan bagaimana akhirnya?

Wednesday, November 02, 2016

Rasa Deringan Bahaya

Lalu dia berhenti sejenak dan bertanya, tentu setelah pause beberapa kali di otaknya yang tidak terlihat, seiring irama nafas yang konstan, hanya kali ini konstan pendeknya.

"What if....and what if,"

"Sudah bukan lagi periodenya dipertanyakan. Semua permata dunia yang ada terlalu berharga untuk dipertaruhkan."

Bukan, bukan itu masalahnya. "It's a different chapter, baby."

The what if; adalah sebuah hiburan jenaka dalam paragraf-paragraf panjang tanpa titik dan koma. The what if; adalah lelucon pagi yang diberikan sebagai ice breaking. The what if; adalah siraman yang memperpanjang hidup pada bunga anggrek bulan yang bersanding di atas meja marmer di rumahku.

Segala sesuatu beresiko, sangat beresiko! Bukan terhadap pihak ketiga, tapi terhadap pertumbuhan rasa.

Pertama kecil, lalu menggeliat mengusik malam yang biasanya hemat. Semakin lama semakin panjang dan dalam, menancapkan kuku pada pagi-pagi yang terlalu awal mengguyur hari.

Kalau semua sekedar ya sekedar, selesai malam tidak ada sarapan pagi. Selesai sekarang esok tak lanjut lagi, tapi seribu kata yang tidak terucap pernah mengapung di lautan sebelum kapal itu terbakar. Lalu menghilang..bukan untuk hilang. Hanya mati suri.

Kemudian mimpi mengelus lagi malam hari,
lembaran baru dituliskan dengan noda bibir dan feromon kulit.

Wednesday, March 04, 2015

Seorang Motivator, Konsultan, Orang Hebat Yang Nampaknya Kurang Bahagia

Katanya begitu bijak...

Seharusnya seorang motivator, seorang komunikator, seorang yang memiliki intuisi tinggi hingga bisa juga melihat alam lain selain alam manusia, memiliki sebuah kepekaan.

"Jangan melihat ke bawah terhadap orang lain kecuali engkau hendak menolongnya."

Ya, seharusnya. Tetapi retakan yang ada ini bukan yang pertama. Bahwa kebahagiaan adalah ketika kita bisa bijak berkata setelah disakiti.

Insyaallah kau selalu diberkati, hingga bisa banyak memberi tanpa menorehkan luka.

Tuesday, May 29, 2012

Not Just Saying

Banyak orang berlomba mengutarakan rasa, menyatakan cinta, sayang dan hal-hal muluk serba dongeng itu; klasifikasi di luar seks. Padahal banyak sekali hal yang bisa dilakukan untuk membuktikan.

Showing, not just saying.

Bilang cinta, bilang mengerti tapi tidak tahu bagaimana membuat senang, bagaimana membuat nyaman, bagaimana membuat puas. Bahkan hal paling sederhana bertolak belakang dengan kenyataan, di saat keberadaan kita tidak lagi membawa rasa senang dan nyaman, kita tetap berusaha mati-matian mempertahankan hubungan.

Padahal kalau saja kita mau percaya dengan, "kalau jodoh tidak kemana," bisa jadi orangnya tepat, waktunya yang salah. Dan langkahnya maupun benang hubungan sudah terlalu ngejelimet untuk dijalankan saat ini. Dibutuhkan penyetelan ulang, menyamakan kedudukan, dan bahkan menghapus segala noda yang ada di kaca.

Cinta dibuktikan juga bukan dengan segala fasilitas yang bergelimpangan dan just a click away to enjoy. Cinta baru teruji keabsahannya saat kita polos, bukan siapa-siapa, bukan bisa apa, bukan punya apa, bukan memfasilitasi apa dan siapa. Kita yang hanya "perduli pada seseorang dengan cara yang paling jujur."

Will you still there when I'm nothing?
Will you still there if I can't provide anything?
Will you still there if I don't have this kind of patience limit?

Will you still there when I don't have anyone?
Will you?


Well, maybe we can't play that if if if game now. 
We will see.


Sunday, March 11, 2012

Setelah Itu Lalu Apa?

Mengetahui itu mudah,

yang paling sulit?
Menyimpan informasi itu.

Pada saat orang tidak bertanya, tidak berbicara,
bukan berarti mereka tidak menanti, tidak ingin tahu.

Itulah kenapa jadi intel paling susah.
Bukan mendapatkan informasi yang sulit,
tapi diam dan seakan tidak tahu,
itu bagian yang paling sulit.

Sunday, March 04, 2012

Tidak Bisa Vs Tidak Mau

Masa sih gak bisa? Gak mau kali...

Menohok ya mendengar kalimat itu? Kita, ya kita, sering bersembunyi dari peluru yang terang-terangan menunjukkan kita bersalah. Persoalannya sederhana, kita gak mau nolak. Bukannya gak bisa nolak.

Black and White

Kalau dunia sesederhana dua warna itu, hanya ada hitam dan putih, hanya ada benar dan salah, semua akan sangat mudah. Dengan kebenenaran yang tidak selalu mutlak, paling tidak setengah kaki tidak berada di kutub yang berbeda. Korupsi : benar korupsi versus tidak korupsi. Membunuh : benar sampai mati versus tidak sampai mati. Mencuri : benar direncakan versus tidak direncanakan. Menghemat waktu. Kita pun dengan gamblang bisa membedakan, oh ternyata kita cuma gak bisa nolak.

Gray

Lalu bagaimana dengan warna hitam dengan percikan putih, atau si putih dengan noda hitam, bergumul berdua membentuk wilayah ragu-ragu? Salah dan benar sepertinya urusan belakangan.

Semuanya dirangkum menjadi satu hal yang sederhana :

hal itu adalah soal kecil,
sayangnya hal kecil itu yang jadi kebutuhanmu.

Like I said...
if there's another color besides black and white,
is it that important, for you to do unnecessary thing?

You, me, us, them..
yea, and so on.

Saturday, March 03, 2012

Mengeja Kebahagiaan

Kebahagiaan itu relatif

Bahagiamu belum tentu bahagiaku. Apa yang terlihat baik, diamini baik, dianggap baik oleh sejuta umat dan diakui sebagai pandangan mayoritas, belum tentu yang baik untuk tiap pribadi. Demikian pula dengan kebahagiaan.

Manusia tidak akan pernah bahagia berada dimanapun, bersama siapapun, selama dirinya menginginkan berada di tempat lain, bersama orang lain. Semewah apapun tempatnya, seramai apapun mereka yang menemaninya.

Bahagia seorang nelayan bisa sebatas jumlah ikan tangkapan saat kembali ke darat, cukup untuk menghidupi keluarganya hari itu. Bahagia seorang penari bisa sebatas tepuk tangan para penonton yang datang untuk melihat pertunjukan bakatnya di atas panggung. Bahagia seorang pejabat bisa sebatas jam kerja yang minim, penghasilan yang maksimal, kesejahteraan bawahan yang rata-rata air; bisa jadi dia penganut paham efisien. Usaha minimal hasil maksimal, perduli setan dengan yang lain.

Dirumuskan, bahagia itu relatif dan beda takarannya tiap pribadi.

Kebahagiaan itu hak pribadi

Manusia dengan pemikirannya, bisa kita tilik dari omongan, perilaku dan pencitraan. Tapi urusan hati, yang tahu hanya dirinya sendiri dan sang pencipta. Pada saat kita mulai memakai takaran kita untuk menakar kebahagiaan orang lain dan menerapkan kalimat sakti "harusnya...dan harusnya dia..." maka kacaulah sudah. Kita telah merampas kemerdekaan seseorang berbahagia dengan caranya sendiri.

Siapapun orangnya, mungkin karena kita hidup lebih lama kita berfikir kita lebih mengerti, mengetahui, banyak makan asam garam dan sebagainya. Itu betul, tapi kembali lagi akan kebahagiaan sebagai hak pribadi seseorang. Hanya diri sendiri yang bisa menentukan ingin berbahagia atau tidak, bukan orang lain.

It's a like a friend's quote : when I'm single I'm happy, when I'm with my couple it's gotta be double happiness for me.

Yang intinya bila merepotkan, tidak membahagiakan, tidak mensejahterakan, saatnya berfikir ulang akan kegunaan pasangan/rekan kerja/keluarga/bos/anak buah atau siapapun itu yang ada di samping kita.

Bahkan di pagi hari, saat kita terbangun dan di luar hujan lebat, leher salah posisi tidur, sinusitis kumat dan menerima kabar buruk apapun itu, kita bisa menentukan untuk menjalani hidup hari itu dengan perasaan yang gembira. Tidak bisa? Start with a smile. Untuk tersenyum dibutuhkan otot bergerak lebih sedikit dibandingkan dengan cemburut. And believe it or not, senyum menghasilkan hormon yang akan membuat kita lebih gembira.

Kebahagiaan diri sendiri lebih penting

Nah, jangan buru-buru berfikiran pendek terhadap sub judul barusan. Saat kita berbahagia (menjadi diri sendiri) kita berpeluang lebih besar untuk membahagiakan orang lain. Bagaimana kita bisa berbagi kalau kita sendiri berkekurangan?

Ada teman yang hobinya menuangkan masalahnya kepada kita tanpa bertanya, bagaimana kabarmu hari ini? Apakah kalau aku curhat, harimu akan menjadi rusak? Adakah kau sendiri bermasalah dan ingin berbagi hari ini? Nah, untuk orang semacam inilah energi kita harus selalu penuh. Kita harus berbahagia dulu. Baru bisa membahagiakan orang lain.

Asalkan, bahagianya kita tidak merusak kebahagiaan orang lain. Asalkan sang penumpang tahu betul terkadang kita sebagai pengemudi bus bisa ngantuk, ngaco, dan begitu menikmati hidup. Istilahnya, resiko ditanggung masing-masing orang.

Kebahagiaan tidak sebatas bersyukur

Bersyukur adalah cara kilat untuk merasa bahagia, ya itu memang betul. Tapi dengan terus bersyukur dan tak berani bermimpi, kita telah membatasi diri kita sendiri. Mungkin kita tidak percaya bahwa kita dapat mencapai semua mimpi yang kita cita-citakan, tapi Dia, Tuhan sang pencipta selalu memampukan orang-orang yang terpilih.

Beranilah bermimpi. Jadilah besar, dan percayalah bahwa satu-satunya batas adalah waktu. Kita bisa menjadi apapun yang kita mau, sayangnya ada pembatasan usia tertentu untuk menyulap diri kita ke dalam berbagai profesi seperti jadi pilot, jadi penari, jadi model, tapi di luar itu..tidak ada yang mustahil.

Bersyukurlah dan terus naikkan bar cita-cita kita beberapa depa lebih tinggi. Hidup dengan tujuan, bahagia yang spesifik.

Bahagia adalah sekarang

Saya akan bahagia saat saya turun 5 kg, saya akan bahagia saat saya berhenti merokok, saya akan bahagia saat saya lebih putih, lebih kaya, lebih sering beribadah, lebih sukses.

Boleh saja, itu sah. Tapi kenapa harus menunggu semua itu terjadi untuk merasa bahagia? Berbahagialah dan itu akan memudahkan jalan kita menuju apapun yang kita inginkan. It takes one to know one. Dibutuhkan aura positif untuk menarik berbagai macam hal yang positif.

We hold the key of our own happiness,
realize that and be happy.

Saturday, February 25, 2012

Letting Go and Stay Healthy

Psikosomatis atau somatisasi adalah gangguan psikis yang tampil dalam bentuk gejala-gejala fisik. Dengan kata lain, penyakit tersebut disebabkan oleh program pikiran negatif atau masalah emosi seperti stres, depresi, kecewa, kecemasan, rasa berdosa dan emosi negatif lainnya.

Dalam suatu penelitian terbukti, penyakit-penyakit kecil muncul akibat gangguan psikis tersebut, seperti penyakit magh, eksim, asma. Akan tetapi dampak jangka panjang atas terbiasanya kita mencandu pikiran negatif tersebut, adalah suatu penyakit yang dinilai sangat berbahaya, yaitu kanker!

Kanker disebabkan oleh faktor keturunan, radikal bebas, lingkungan, makanan yang mengandung bahan kimia, virus, infeksi, faktor perilaku, gangguan keseimbangan hormonal, dan betul, yang paling membuat kita mengerutkan kening...faktor kejiwaan emosional.

Stres yang berat dapat mengakibatkan ganggung keseimbangan seluluer tubuh. Bahkan keadaan yang tegang terus menerus dapat mempengaruhi sel, dimana sel jadi hiperaktif dan berubah sifat menjadi ganas sehingga menyebabkan kanker. Istilah stres termasuk bahasa keren, bahasa yang orang biasa tak mau akui adalah lu-ka ba-tin.

Berapa banyak dari kita yang suka mengungkapkan kekecewaan dengan makian? Dengan bersikap kasar sesekali tanda tidak setuju, atau bahkan secara frontal melawan? Mungkin sedikit. Karena budaya timur menganggap hal tersebut tidak baik, terutama pada orang tua, janganlah melawan. Ini adalah salah satu kebiasaan yang cari penyakit.

Banyak orang yang tidak bisa mengungkapkan emosi negatif mereka menelannya begitu saja. Tapi tidak berhenti sampai disana, mereka membatin. Harusnya gak gini ya, harusnya kan saya tidak digituin, kok dia....yang membatin seperti itulah yang berpeluang terbesar untuk menerima hadiah jackpot, penyakit kanker.

Hal ini tidak mau diakui oleh mereka yang mengidap penyakit kanker. Kenapa? Karena mereka sudah terbiasa hidup dengan sopan, tidak mau berbagi kekecewaan, dan yang paling parah, tidak melepas hal-hal yang sudah terjadi yang tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan.

Mereka yang betul-betul sakit, adalah mereka yang tidak mengakui bahwa mereka sakit. Semakin jauhlah mereka dari penyembuhan. Jadi, siapa bilang memaki dan meluapkan emosi itu tidak baik? Pertolongan pertama pada kesedihan dan kekecewaan bukanlah cokelat, melainkan telinga untuk mendengar dan pundak untuk berbagi beban.

@ room, recollecting happines, 24th Feb 2012